Masyarakat islam di Jepang
|
Sebuah bangunan Masjid yang paling terkenal di jepang
dapat di temukan di Kitano-Cho (Masjid Kobe 1935) |
Penduduk muslim di jepang umumnya orang Arab, Turki, Melayu, dan Indonesia. Dalam bahasa jepang islam adalah イスラム教 (
isuramukyou).
Mengenal Islam
Umumnya penduduk jepang tidak banyak mengetahui tentang agama islam, bahkan negri sakura ini bisa di bilang masih tergolong muda untuk ukuran perkenalannya dengan islam.
Tidak dapat di pastikan secara pasti berapa penduduk negeri sakura ini yang beragama islam pada saat itu, namun ke banyak dari mereka yang beragama islam adalah pendatang dari turki maupun negara islam lainnya yang mengungsi atau pun dengan tujuan berdagang di negri sakura tersebut.
Agama Islam di perkenalkan pertama kali pada tahun 1877 namun itu pun hanya sebagai pengetahuan bagi penduduk jepang, Pada tahun yang sama di terbitkan sebuah buku tentang sejarah nabi yang di translite ke dalam bahasa jepang.
Ini membantu agama Islam menempatkan diri dalam pemikiran intelek orang
Jepang, tapi hanya sebagai satu pengetahuan dan pemikiran.
|
Kapal Ertugrul Yang Mengangkut 609 orang Turki |
Sejarah tentang islam di jepang yang sangat penting adalah Pada tahun 1890 ketika
sultan Uthmaniyah dari Turki mengirim Sebuah kapal yang bernama "Ertugrul" ke Jepang sebagai tujuan menjalin hubungan diplomatik antara
kedua negara serta untuk saling memperkenalkan orang Muslim dan orang
Jepang. Kapal itu yang membawa 609 orang penumpang dalam pelayaran
pulang ke negara mereka tenggelam dengan 540 penumpang tewas.
Dua orang Muslim untuk yang pertama kali adalah Mitsutaro
Takaoka yang memeluk Islam pada tahun 1909 dan mengambil nama Omar
Yamaoka setelah menunaikan haji di Mekah, serta Bumpachiro Ariga yang
pada masa yang lebih kurang sama telah pergi ke India untuk berdagang
dan kemudian memeluk Islam di bawah pengaruh orang-orang Muslim di sana
serta mengambil nama Ahmad Ariga. Bagaimanapun, kajian-kajian ini telah
membuktikan bahwa seorang Jepang yang dikenali sebagai Torajiro Yamada
mungkin merupakan orang Jepang Muslim yang pertama ketika ia melawati
negara Turki disebabkan turut berduka cita dengan korban tewas dalam
kecelakaan maut Ertugrul. Beliau mengambil nama Abdul Khalil dan mungkin
pergi ke Mekah untuk naik haji.
Bagaimana pun, kehidupan komunitas Muslim yang benar tidak bermula
sehingga beratus-ratus pelarian Muslim Turki, Uzbekistan, Tajikistan,
Kirghizstan, Kazakhstan dan Tatar Turki yang lain dari Asia Tengah dan
Rusia, pengaruh Revolusi Bolshevik semasa Perang Dunia I. Orang-orang
Muslim ini yang diberikan perlindungan di Jepang menetap di beberapa
pelabuhan utama di sekitar Jepang dan mendirikan komunitas-komunitas
Islam. Segelintir orang Jepang memeluk Islam melalui hubungan mereka
dengan orang-orang Muslim ini.
Dengan pembentukan komunitas-komunitas Muslim ini, beberapa buah
masjid telah didirikan. Masjid yang paling penting di antaranya ialah
Masjid Kobe yang didirikan pada tahun 1935, dan Masjid Tokyo yang
didirikan pada tahun 1938. Bagaimanapun, orang Jepang Muslim tidak
mengambil bagian dalam pengelolaan masjid-masjid ini dan tidak terdapat
orang Jepang yang menjadi imam, dengan pengecualian Syaikh Ibrahim
Sawada, imam pada Ahlulbayt Islamic Centre di Tokyo.
Dakwah di Jepang
Statistik menunjukkan bahwa di sekitar 80% dari jumlah penduduk Jepang adalah penganut Buddha atau Shinto,
sedangkan hanya 0,095% atau hanya berjumlah 121.062 orang. Bilangan
pendakwah yang berpotensi dalam komunitas Muslim di Jepang adalah amat
kecil, dan terdiri dari para pelajar dan berbagai jenis pekerjaan yang
bertumpu di kota besar seperti Hiroshima, Kyoto, Nagoya, Osaka dan Tokyo.
Terdapat keperluan yang lanjut untuk orang-orang Muslim bertahan dari
tekanan-tekanan dan godaan-godaan gaya hidup modern yang lebih
menggoda. Orang-orang Muslim juga menghadapi kesulitan terhadap
komunikasi, perumahan, pendidikan anak, makanan halal, serta kesusasteraan Islam, dan semua ini menghalangi kegiatan-kegiatan dakwah di Jepang.
Tanggapan salah terhadap ajaran Islam yang diperkenalkan oleh
media-media barat perlu diluruskan dengan cara yang lebih cakap dan yang
mengambil kira ciri penting masyarakat Jepang sebagai salah satu negara
yang paling tidak buta huruf di dunia. Bagaimana pun, disebabkan
persebaran orang Muslim yang amat sedikit, terjemahan Alquran dalam
bahasa Jepang juga tidak mudah didapati. Hampir tidak adanya
kesusasteraan Islam di dalam toko-toko buku atau
perpustakaan-perpustakaan umum, kecuali beberapa esai dan buku dalam
bahasa Inggris yang dijual pada harga yang kurang terjangkau.
Oleh itu, tidaklah mengejutkan untuk mendapati bahwa pengetahuan
orang awam Jepang tentang agama Islam hanya dihadapkan kepada beberapa
istilah yang berkaitan dengan poligami, Sunni dan Syiah, Ramadhan,
Haji, Nabi Muhammad, dan Allah. Dengan kesan-kesan yang semakin terang
tentang kesadaran kewajiban komunitas-komunitas Islam serta penilaian
yang rasional, Umat Muslim telah menunjukkan tanggungan yang lebih kuat
terhadap pelaksanaan kegiatan-kegiatan dakwah dengan cara yang lebih
teratur.
Mayoritas islam di Tokyo
Kenapa harus di tokyo? karena umumnya lebih banyak masjid atau pun mushalla ada di daerah itu, dan kebanyakan di antaranya lebih dominan di kelola oleh orang-orang dari Turki, saudi arabia, pakistan dsb.
dan biasanya tidak seperti di indonesia di mana setiap mesjid maupun mushalla dapat menggunakan pengeras suara, but why?
karena di jepang ada aturan di mana tidak di perbolehkan membuat kebisingan, maka biasanya suara-suara azan atau pun lantunan al-qur'an hanya terdengar di dalam tidak sampai keluar.
jika di indonesia kebanyakan memandang islam dengan sebelah mata lain halnya di jepang, orang jepang sangat menghormati islam dan biasanya bila di adakan jamuan makan terlebih lagi mengundang komunitas muslim maka orang jepang akan memisahkan makanan yang haram dengan yang halal karena orang jepang sangat menghormati perbedaan dan mengetahui bahwa Daging babi mau pun sake adalah haram bagi umat muslim.